LRT
Jakarta, Awal Peradaban Baru Transportasi Indonesia
Jakarta - Pertumbuhan penduduk merupakan hal yang tidak dapat dihindari
terutama di kota metropolitan seperti Jakarta. Dengan semakin bertambah dan
padatnya penduduk di suatu daerah, diperlukan penambahan fasilitas yang mumpuni
seperti fasilitas hunian dan fasilitas transportasi seperti jalan dengan jumlah
yang memadai. Melihat jalan yang ada di kota Jakarta semakin hari semakin mendekati
tingkat kejenuhan dalam hal jumlah kendaraan bermotor dan hal tersebut
ditunjukkan dengan kemacetan yang terjadi pada jam sibuk di berbagai titik di
Jakarta, sistem transportasi publik dapat menjadi salah satu jawaban dalam mengurai
dan mengurangi kemacetan di ibukota tercinta ini. Data menunjukkan kemacetan
yang semakin parah di DKI Jakarta telah menimbulkan kerugian senilai triliunan
rupiah.
Karena penambahan serta pelebaran lajur jalan akan sulit diwujudkan,
membutuhkan waktu lama dan memakan biaya mahal di kota sepadat Jakarta, penyediaan
transportasi harus dibantu pula olah pihak swasta serta Badan Usaha Milik
Daerah (BUMD) setempat dalam menyediakan transportasi umum bagi warga. PT. Jakarta
Propertindo (Jakpro) sebagai salah satu BUMD ternama di Jakarta berinisiatif
untuk memberi solusi tranportasi umum dengan membangun beberapa rute Light Rapid Transit atau Lintas Rel
Terpadu (LRT). Sebagai langkah awal, Jakpro menunjuk anak perusahaan, PT. LRT
Jakarta, untuk membangun Koridor 1 Fase 1 LRT
Jakarta jalur Kelapa Gading - Velodrome sepanjang 5,4 km dan sebuah Depo
untuk pengembangan selanjutnya yang menjangkau seluruh area di Jakarta.
Light Rail Vehicle LRT Jakarta (Detik.com) |
Sepeti saudara LRT, yaitu MRT Jakarta yang telah lebih dulu
beroperasi, LRT Jakarta diharapkan tidak lagi #UbahJakarta menjadi
#JakartaBerubah agar muncul kondisi warga kota Jakarta yang sadar menggunakan
transportasi umum yang lebih lincah,
ramah dan terpercaya agar lebih sehat dengan berjalan dan mengurangi
kemacetan dan penggunaan kendaraan bermotor yang berpotensi mengotori atmosfir
kita dengan gas pembuangannya. LRT Jakarta dapat disebut lincah karena lebih
cepat dan berukuran relatif lebih kecil dengan gerbong lebih sedikit dari
sistem moda kereta api lainnya seperti Kereta Api, KRL Commuter Line dan MRT
Jakarta yang telah beroperasi dari Bundaran HI hingga Lebak Bulus pada Fase
1-nya. Fasilitas LRT Jakarta didesain berbasis gender atau ramah terhadap
berbagai kebutuhan warga yang berkebutuhan khusus dengan hadirnya eskalator serta
elevator di tiap sisi stasiun. Dalam 1 stasiun juga telah dibangun sesuai
standar waktu evakuasi dengan membangun 4 buah entrance atau tangga yang
memungkinkan tercapainya waktu evakuasi ketika hal yang tidak diingankan
terjadi sehingga warga pengguna LRT Jakarta pun terpercaya dan merasa aman dalam
pengoperasiannya.
Sebagai studi banding ke daerah lain di luar negeri di Asia, Eropa
maupun Benua lainnya, sebuah kota besar ditentukan dari sistem transportasi
yang beroperasi di dalam kota tersebut. Seperti yang terlihat pada MRT di negara
tetangga, Malaysia dan Singapur. Negara-negar tersebuta telah mencontoh
keberhasilan negara yang lebih maju seperti di Amerika, Inggris dan Jerman
dalam hal perkeretaapian dalam kotanya dengan Tube, Metro dan U-Bahn. Walaupun
terkesan agak terlambat, namun usaha pemerintah pusat serta daerah dalam
mengadakan dan memprioritaskan sistem transportasi berbasis rel ini patut
diapresiasi karena dilakukan demi kemajuan bangsa serta kepentingan umat bersama
dimana dengan penggunaan kendaraan berbasis rel, waktu tempuh serta kecepatan
dapat lebih diandalkan disbanding kendaraan lain karena transportasi seperti
LRT tidak memiliki hambatan samping yang pasti mengganggu kelancaraan kendaraan
yang melintas seperti orang menyeberang atau persimpangan yang lazim ditemui
pada kendaraan berbasis jalanan. LRT Jakarta memiliki waktu antar rangkaian
kereta yang jelas atau disebut headway dengan
mengadopsi sistem signaling atau persinyalan
Fixed Block System dengan mekanisme
pengamanan jarak tertentu antar kereta sehingga menghindari terjadinya tabrakan
pada lintasan LRT.
LRT Jakarta Koridor 1 Fase 1: Kelapa Gading – Velodrome memiliki 6
stasiun yang dapat diakses oleh pengguna yaitu: Stasiun Velodrome, Pacuan Kuda.
Pulomas, Kelapa Gading Boulevard, Kelapa Gading Mall dan Depo yang terletak di
ujung utara. Dengan pembangunan stasiun LRT
juga memungkinkan pengembangan hunian vertikal TOD (Transit Oriented Development) yang mengedepankan kemudahan tempt
tinggal di area stasiun yang tentu telah dilengkapi dengan berbagai fasilitas
yang memungkinkan warga untuk menjalani hidup dan memenuhi kebutuhannya di sekitar
area rumahnya saja seperti distrik bisnis, pendidikan, kesehatan dan lainnya
seperti yang telah diaplikasikan di negara Taiwan. Dengan hadirnya LRT Jakarta
tidak hanya merubah cara warga berpindah temoat namun juga cara hidup. LRT
Jakarta diharapkan dapat memindahkan warga sekaligus menghubungkan berbagai
komunitas berbeda di area Jakarta dan sekitarnya sesuai dengan slogan Moving
People Connecting Communities. Area sekitar stasiun LRT juga sekarang
telah dilirik oleh para pengembang sehingga berpotensi mengembangkan perekonomian
di daerah tempat stasiun tersebut dibangun.
LRT Jakarta tidak hanya menghadirkan awal peradaban baru pada cara
warga dalam bertransportasi namun juga pada konstruksi Indonesia dalam membangun
prasarana transportasi yang mumpuni dan bertaraf internasional. Proyek LRT
Jakarta menggunakan skema kontrak EPC (Engineering,
Procurement & Construction) dimana fase desain detail, pengadaan dan
konstruksinya dilakukan secara bersamaan oleh kontraktor PT. Wijaya Karya
(Persero) Tbk (WIKA) yang berbeda dengan kontrak proyek konvensional yang menggunakan
skema Design & Build. Dengan
waktu pengerjaan proyek yang ketat dan cepat yang dimungkinkan dengan skema EPC
ini, LRT Jakarta telah dapat menunjukkan secara fisik kehebatan Indonesia dalam
mengadakan infrastruktur sekelas LRT walaupun belum dapat digunakan secara
otomatis saat Asian Games 2018 kemarin. Proyek LRT Jakarta juga menggunakan
teknologi termutakhir dari berbagai belahan dunia seperti persinyalan dari
Korea (KRNA), rel dari Rusia, bantalan rel hasil kerjasama Malaysia dan Wika Beton,
konsultan stasiun dari Taiwan dan tentunya penggunaan tenaga kerja lokal yang
dapat mewujudkan infrastruktur berikut serta banyak komponen Depo lainnya yang digunakan
untuk persisteman kereta yang kompleks dan tentunya mengedepankan keamanan
serta kenyamanan pengguna LRT Jakarta.
Diharapkan ke depannya ketika seluruh fase LRT Jakarta telah
dibangun akan menimbulkan kemudahan warga dalam bermobilisasi dari satu titik
ke titik lainnya di Jakarta dengan integrasi
antar moda transportasi lain di Jakarta seperti BRT, MRT Jakarta, LRT Jabodebek
milik PT. Adhi Karya (Persero) Tbk, angkutan kota dan ojek konsevensional serta
online yang membangkitkan ekonomi kota Jakarta. Penggunaan kartu Jaklingko juga
diharapkan dapat mempermudah warga Jakarta dalam menggunakan transportasi umum
tersebut. Dengan simplifikasi hanya menggunakan 1 kartu diharapkan warga akan
lebih tertarik untuk menggunakan transportasi umum dalam bepergian dalam kota
Jakarta dan area sekitarnya seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi
(Jabodetabek). Dengan warga yang telah sadar untuk merubah gaya bepergiannya di
dalam kota, akan timbul peradaban baru yang lebih ramah lingkungan dan
menghindarkan warga dari kerugian karena kemacetan tidak hanya di Jakarta, namun juga di Indonesia ke depannya.
Sambil menunggu LRT Jakarta Koridor 1 Fase 1: Velodrome – Kelapa
Gading beroperasi penuh dengan menyelesaikan skybridge integrasi stasiun Velodrome dengan stasiun BRT (Bus Rapid Transit) Trans Jakarta, izin
dari Kemenhub dan penyempurnaan Depo
di daerah Pegangsaan mari kita doakan agar segala proses uji coba berjalan
lancar dan kita dapat segera menikmati perjalanan dalam LRV (Light Rail Vehicle) buatan Hyundai
Rotem Korea yang telah sangat cepat dibuat. Dan untuk Fase 2, mari kita juga
harapkan agar pendanaan serta rencana pengembangannya dapat berjalan dengan
lancar.
(Andrew/Jkt)